Thursday 26 September 2013

Bambang Suwerda-Pelopor Bank Sampah-Dosen

Bambang Suwerda, adalah salah satu dosen di stikes wira husada yogyakarta. Saya yang menjadi salah satu Mahasiswi yang duduk di kelas B semester V Kesehatan Masyarakat, sangat berbangga, bisa langsung menimba ilmu kepada sang pelopor, sang penemu bank sampah. Kenapa tidak? saya yang sebagai mahasiswi peratau, datang jauh-jauh dari dusun pelosok di Lombok Timur NTB, bertandang kekota yogyakarta untuk menimba ilmu. Dan sangat senang dan surprised bisa langsung diajar dan dibimbing oleh beliau. 
Kesan pertama, "murah senyum: I am serious. Bagi saya beliau murah senyum dan berwibawa. Saya yakin, ini bukan saja menurut saya, ini bahkan menurut sahabat sahabat sekelas bahkan se-stikes. Awesome
Hunpri Erick Septian Nunu dan Desiy Nur Alfiyah adalah dua sahabat saya yang selalu, dimaa ada mereka, maka saya "Mardiana Susanti" akan selalu nongol. Hehe
Dan mereka selalu memberi senyuman, jika yang mengajar pada hari itu adalah pak bambang, karena mereka tau kalau "saya sangat ngefans dengan kepribadian dan kesederhanaan pak Bambang". Senyum yang mendamaikan, ramah, dan kebapak'an. (jadi teringat sosok ayah jika memandang beliau)
Baiklah sahabat, kita masuk sedikit pembahasan tentang sampah yang di pelopori oleh pak Bambang.
 Berbicara masalah bank, hal terpikirkan dalam benak orang banyak adalah suatu tempat terjadinya transaksi uang, baik berupa aktivitas menabung, mentransfer, atau mengambil uang.
Namun, tidak demikian halnya untuk bank yang ini. Bank ini adalah bank sampah. Bank yang bernama Bank Sampah Gemah Ripah, kini sudah diterapkan di 20 desa di Bantul, DI Yogyakarta.
Bank ini lahir dari ide seorang dosen di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan di Yogyakarta bernama Bambang Suwerda. Keaktifannya mengajar sebagai dosen tak membuat Bambang terjebak rutinitas. Ketika ide itu muncul, langsung dia berusaha mewujudkannya.
Sebagai dosen kuliah kesehatan masyarakat, dia menginginkan masyarakat di sekitar rumahnya hidup sehat. Begitu demam berdarah dengue (DBD) menyerang kampungnya, Bambang resah. Dia lantas menggagas pembentukan bengkel kesehatan lingkungan.
Dalam benak Bambang, dengan membentuk bengkel kesehatan lingkungan, ia bisa mengajak warga untuk lebih peduli pada kebersihan lingkungan. Dengan kepedulian itu, kasus DBD otomatis akan turun jumlahnya.
”Saya mulai dari hal sederhana, yakni membuang sampah, seperti kaleng bekas, pada tempatnya agar tidak menampung air. Masyarakat saya ajak untuk mengumpulkan sampah dan memilahnya. Awalnya respons masyarakat tidak terlalu bagus karena mereka menilai sampah adalah urusan cetek yang tak perlu dibuat serius,” kata pak Bambang.

Entri Populer