Kesan pertama, "murah senyum: I am serious. Bagi saya beliau murah senyum dan berwibawa. Saya yakin, ini bukan saja menurut saya, ini bahkan menurut sahabat sahabat sekelas bahkan se-stikes. Awesome
Hunpri Erick Septian Nunu dan Desiy Nur Alfiyah adalah dua sahabat saya yang selalu, dimaa ada mereka, maka saya "Mardiana Susanti" akan selalu nongol. Hehe
Dan mereka selalu memberi senyuman, jika yang mengajar pada hari itu adalah pak bambang, karena mereka tau kalau "saya sangat ngefans dengan kepribadian dan kesederhanaan pak Bambang". Senyum yang mendamaikan, ramah, dan kebapak'an. (jadi teringat sosok ayah jika memandang beliau)
Baiklah sahabat, kita masuk sedikit pembahasan tentang sampah yang di pelopori oleh pak Bambang.
Berbicara masalah bank, hal terpikirkan dalam benak orang banyak adalah suatu
tempat terjadinya transaksi uang, baik berupa aktivitas menabung, mentransfer,
atau mengambil uang.
Namun, tidak demikian
halnya untuk bank yang ini. Bank ini adalah bank sampah. Bank yang bernama Bank
Sampah Gemah Ripah, kini sudah diterapkan di 20 desa di Bantul, DI Yogyakarta.
Bank ini lahir dari
ide seorang dosen di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan di Yogyakarta
bernama Bambang Suwerda.
Keaktifannya mengajar sebagai dosen tak membuat Bambang terjebak rutinitas.
Ketika ide itu muncul, langsung dia berusaha mewujudkannya.
Sebagai dosen kuliah
kesehatan masyarakat, dia menginginkan masyarakat di sekitar rumahnya hidup
sehat. Begitu demam berdarah dengue (DBD) menyerang kampungnya, Bambang resah.
Dia lantas menggagas pembentukan bengkel kesehatan lingkungan.
Dalam benak Bambang,
dengan membentuk bengkel kesehatan lingkungan, ia bisa mengajak warga untuk
lebih peduli pada kebersihan lingkungan. Dengan kepedulian itu, kasus DBD
otomatis akan turun jumlahnya.
”Saya mulai dari hal
sederhana, yakni membuang sampah, seperti kaleng bekas, pada tempatnya agar
tidak menampung air. Masyarakat saya ajak untuk mengumpulkan sampah dan
memilahnya. Awalnya respons masyarakat tidak terlalu bagus karena mereka
menilai sampah adalah urusan cetek yang tak perlu dibuat serius,” kata pak Bambang.