TUGAS
STUDI
KASUS SOSIAL MARKETING
KASUS
WABAH HEPATITIS A
Oleh:
MARDIANA
SUSANTI
Studi
Kasus Sosial Marketing
Analisis yang
dikategorikan dalam sosial marketing, adalah :
1.
Lingkungan
a. Lingkungan
Makro
-
Kondisi lingkungan masyarakat yang tidak
bersih
-
Keadaan pemukiman masyarakat yang rawan
banjir
-
Kondisi lingkungan yang pergantian musim
(pancaroba)
b. Lingkungan
Mikro
-
Kurangnya peran serta masyarakat dalam
upaya perbaikan lingkungan
-
Kurangnya tokoh yang ada dalam
masyarakat sebagai penggerak
2.
Perilaku konsumen
a. Kebiasaan
anak-anak dan masyarakat yang jajanan di penjual yang tidak higienis
b. Kebiasaan
tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, mengolah, menyiapkan makanan
dan kebiasaan tidak mencuci tangan setelah BAB maupun BAK
c. Kebiasaan
tidak menutup makanan dengan benar
d. Kebiasaan
saling bertukar dan saling pinjam barang pribadi, misalnya handuk, sikat gigi
dll
3.
Segmentasi
a. Balita
b. Anak
usia sekolah
c. Orang
Dewasa
4.
Target Pasar
Hukum
Pareto : Memfokuskan pada 20% dari pasar yang benar-benar kita kuasai, maka
kita sudah memenuhi 80% kebutuhan pasar”
Dengan
memperhatikan indikator keberhasilan pemilihan target pasar yaitu
berkelanjutan, keterjangkauan, ketanggapan serta dapat diidentifikasi maka
dapat ditetapkan targetnya adalah anak-anak. Karena target pasar anak usia
sekolah dapat dijangkau dengan jelas, dapat diidentifikasi serta diukur
besarnya dengan mudah
5.
Penempatan Produk
Gerakan
cuci tangan pakai sabun dan penyuluhan tentang menjaga lingkungan, perilaku
yang benar untuk kasus hepatitis A
Kampanye
imunisasi balita dan anak-anak, satu kali. Sedangkan orang dewasa melakukan
booster setelah 6-12 ulan imunisasi pertama
6.
Strategi
Mengajak
anak usia sekolah untuk membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan, dan
mensosialisasikan kepada masyarakat (remaja, dewasa, lansia) tentang perilaku
yang baik serta menjaga lingkungan yang benar
7.
4P
a. Product
b. Price
c. Place
d. Promotion
( Marketing Mix )
Dalam pemasaran sosial ada 2 hal lain
yang mebuat berbeda. Yaitu adanya partnership (kemitraan) dan policy (kebijakan).
Pada prinsipnya praktik social marketing tidak ada artinya apabila kemitraan
tidak dijadikan tujuan organisasi. Demikian pula tak ada artinya upaya
pengubahan perilaku melalui pemasaran sosial apabila tidak diikuti atau
dilanjutkan dengan upaya mendorong tersusunnya sebuah kebijakan. Dengan
penjabaran sebagai berikut :
-
Product
Kampanye cuci tangan sebelum makan,
menutup makanan dengan benar dan sosialisasi tentang pengkonsumsian vitamin dan
kampanye imunisasi
-
Price
Yang membeli produk adalah Dinas kesehatan
-
Place
Sekolah Dasar, Posyandu, Puskesmas,
Kegiatan PKK
-
Promotion
Melalui media cetak berupa leaflet,
brosur, poster serta media audio berupa radio
ü Partnership
Pihak sekolah (Departemen Pendidikan,
Departemen Agama), Instansi setempat (kelurahan, kecamatan) dan Dinas Kesehatan
ü Policy
1. Sekolah
untuk mewajibkan anak didik untuk membeli jajanan hiegienis dan mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan
2. Pihak
sekolah meminta komite sekolah untuk membuat sarana cuci tangan di sekolah
3. Kebijakan
kelurahan maupun kecamatan untuk menginstruksikan ketua PKK untuk memberikan
penyuluhan kepada ibu-ibu tentang menjaga lingkungan yang benar, perilaku
menjaga kesehatan yang benar dan penggunaan atau pengkonsumsian vitamin dan
melakukan imunisasi
8.
Organisasi
Sebagai
pengorganisasi program. Pelaksanaannya dengan memberdayakan masyarakat yang
didukung oleh sponsor produk
9.
Pelaksanaan
Memperkuat
jaringan sponsor yang akan dijadikan sebagai partner, menyelesaikan
program-program guna memuluskan produk serta mengadakan pendekatan kepada
partner dan sasaran target baik secara informal dan formal
10.
Pengendalian
Proses
melihat apakah pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan. Monitoring harus
dilakukan oleh pembuat produk dan juga dievaluasi.